Bab IX Permainan Rakyat Riau PDF

Bab IX Permainan Rakyat Riau PDF

Berikut ini adalah bab kesembilan dari Buku Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai buku sumber pembelajaran bagi guru muatan lokal (mulok) BMR yang disusun oleh tim ahli dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) tahun 2018. Bab ini secara tuntas membahas tentang Permainan Rakyat Riau.

Permainan rakyat umumnya dimainkan oleh anak-anak, namun beberapa permaintan tertentu juga dimainkan oleh laki-laki dewasa. Dimainkan antara 2 hingga 15 pemainyang berumur 4 hingga 16 tahun. Beberapa permainan membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, namun pada permainan tertentu misalnya galah panjang, patok lele, kasti, catur Melayu, dan permainan ya oma ya oma tidak dibedakan anak laki-laki dan perempuan.

Permainan rakyat yang bersifat mengandalkan kekuatan fisik secara umum dimainkan oleh anak laki-laki—misalnya permainan gasing atau sepak raga—yang merupakan penerapan dari suatu adat dan nilai sosial budaya yang dianggap tabu dimainkan anak perempuan. Pada beberapa jenis tertentu, permainan rakyat dapat digolongkan sebagai permainan sakral yang menggunakan kekuatan magis.
Permainan biasanya dimainkan untuk mengisi waktu senggang yang bisa dilihat berdasarkan harian, mingguan, dan musiman. Permainan harian dilaksanakan hampir setiap hari dan biasanya permainan-permainan ringan yang tidak membutuhkan peralatan khusus. Mingguan dilaksanaan pada saat hari-hari pekan (pasar), karena pada hari ini teman sebaya banyak berkumpul. Sedangkan musiman dilaksanakan mengikuti musim-musism tertentu misalnya musim menugal, menuai, musim hujan, dan lain- lain.

Berdasarkan sifat permainan, maka permainan rakyat dapat dibagi menjadi dua golongan bersar, yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Perbedaan dari keduanya, bahwa yang pertama lebih bersifat mengisi waktu senggang atau rekreasi sedangkan yang kedua dilaksanakan dengan metode pertandingan.

Di dalam pelaksanaanya, setiap pemain mendapatkan peran-peran tertentu yang diputuskan melalui suten. Dikenal beberapa suten seperti suten daun, suten gunting, suten gajah dan lain sebagainya. Suten dilakukan oleh dua orang pemain menggunakan jari tangan sebagai media permainan. Dalam melakukan ini, tangan atau jari-jari diumpamakan sebagai hal lain.

Misalnya, tangan terbuka diumpamakan sebagai daun, tangan tergenggam sebagai batu dan telunjuk sebagai duri atau lidi. Kedua orang pemain itu mengeluarkan tangannya secara serempak dengan memilih salah satu dari tiga perumpamaan jari tangan yang telah disepakati. Kalau umpamanya pemain A mengeluarkan batu, pemain B mengeluarkan daun, maka yang menang adalah pemain B.

Dari ketiga jenis perumpamaan tadi, kalah menangnya terjadi sebagai berikut: (i) daun lawan batu, menang daun; (ii) batu lawan daun menang daun; (iii) duri lawan daun, menang duri; (iv) duri lawan batu menang batu. Logika kalah menang, penjelasannya sebagai berikut: (i) daun dapat membungkus batu, (ii) batu dapat mematahkan duri; (iii) duri dapat menusuk daun. Disini yang kalah dan yang menang mempunyai peranannya sendiri-sendiri, sesuai dengan kesepakatan bersama, yang kalah berperan apa, yang menang berperan apa. Biasanya yang kalah sut mendapat peran lebih berat.

Suten bukanlah inti permainan tetapi awal permainan untuk menentukan peran-peran yang harus dilakukan oleh setiap pemain. Cara ini dirasakan adil, siapapun tidak akan menolak kalau mendapat peran yang lebih berat, karena para pemain tidak tergantung kepada besar kecilnya tubuh, bentuk perawakan, air muka, maupun sifat-sifat dan watak pribadi tetapi, tergantung dari menang kalahnya dalam suten. Setelah masing- masing pemain mempunyai peran, permainanpun dimulai.





Bila ingin mengunduh Bab Kesembilan Buku Pegangan Guru Mulok BMR Versi PDF, silahkan klik tombol di bawah ini:

Unduh Bab 09 PDF



Bila ingin memiliki Buku Pegangan Guru Mulok BMR versi cetak, silahkan pesan melalui klik tombol di bawah ini:

Pesan Buku Cetak



Silahkan buka dan unduh bab lainnya di bawah ini:

***

Posting Komentar

0 Komentar