Bab XII Ekonomi dan Mata Pencarian Melayu Riau PDF

Bab XII Ekonomi dan Mata Pencarian Melayu Riau PDF

Berikut ini adalah bab keduabelas dari Buku Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai buku sumber pembelajaran bagi guru muatan lokal (mulok) BMR yang disusun oleh tim ahli dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) tahun 2018. Bab ini secara tuntas membahas tentang Ekonomi dan Mata Pencarian Melayu Riau.

Sistem mata pencarian masyarakat Melayu terlihat dari aktivitas mereka yang menggunakan dan memanfaatkan alam saujana di sekitarnya. Masyarakat Melayu pada umumnya menghuni di tepi empat sungai besar di Riau dan cabang-cabangnya.

Sungai-sungai yang dimaksud itu ialah sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Kuantan atau Sungai Inderagiri. Masing-masing negeri Melayu memiliki daerah kampung, dusun, sawah ladang yang disebut dengan wilayah pertanian, kebun seperti wilayah perkebunan atau dusun, rimba kepungan sialang, hutan produksi, dan rimba larangan.

Berdasarkan saujana alam seperti itu maka orang Melayu lebih leluasa mengelola alamnya untuk memenuhi nafkah mereka. Pengelolaan lebih dapat disesuaikan, misalnya disesuaikan dengan jarak tempat atau dengan waktu dan bidang pekerjaan. Penyesuaian sesuai dengan waktu, jarak, atau bidang pekerjaan misalnya disebut dengan Peresuk dan Tapak Lapan.

Peresuk adalah pentahapan jenis pekerjaan orang Melayu dalam sehari. Orang Melayu biasa melakukan lebih dari satu jenis pekerjaan produktif untuk memenuhi keperluan dan hajat hidup. Kuantitas kerja tersebut berbilang pada tingkat kesulitan dan lama pengerjaan dalam rentang waktu satu hari penuh. Ada pekerjaan berat yang bisa selesai dalam waktu singkat, ada pula jenis kerja yang sangat ringan namun dilakukan dalam rentang waktu panjang seperti menganyam misalnya. Masyarakat Melayu melazimkan sekurang-kurangnya lima tahapan atau peresuk sehari-semalam, tentunya diselingi dengan istirahat, ibadah, dan ‘aktifitas non kerja’ lainnya.

Adapun Tapak Lapan adalah sebutan sumber mata pencarian yang terdiri 8 tapak atau titik mata pencarian atau delapan sumber pendapatan, yaitu:
  1. berladang (pertanian),
  2. beternak (peternakan),
  3. menangkap ikan (perikanan),
  4. beniro (menatak enau dan kelapa),
  5. mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut (perhutanan),
  6. berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan (perkebunan),
  7. bertukang, dan
  8. berniaga (perdagangan).
Pemahaman lainnya tentang tapak lapan adalah orang Melayu menetapkan satu pokok sumber pendapatan dan ditambah dengan sumber pendapatan sampingan. Orang Melayu misalnya menjadikan memotong karet sebagai sumber pendapatan utama dan ditambah dengan sumber pendapatan sampingan dari mencari ikan, menganyam, kegiatan mengolah hasil kebun (agroindustri).

Berbilang abad lamanya pola ekonomi “tapak lapan” atau peresuk, adalah usaha menghindari dari krisis ekonomi. Berdasarkan pola seperti itu dapat kita sanding dan bandingkan dengan ekonomi monokultur saat ini yang hanya mengandalkan sawit atau karet saja. Jika suatu jenis pekerjaan dibatasi oleh musim maka masyarakat tidak akan dapat bekerja. Dalam sejarah ekonomi dunia, depresi ekonomi pernah terjadi pada tahun 1928. Saat itu, harga komoditas turun, maka petani seperti dipaksa melakukan peningkatan produksi supaya keperluannya terpenuhi.





Bila ingin mengunduh Bab Keduabelas Buku Pegangan Guru Mulok BMR Versi PDF, silahkan klik tombol di bawah ini:

Unduh Bab 12 PDF



Bila ingin memiliki Buku Pegangan Guru Mulok BMR versi cetak, silahkan pesan melalui klik tombol di bawah ini:

Pesan Buku Cetak



Silahkan buka dan unduh bab lainnya di bawah ini:

***

Posting Komentar

0 Komentar