Bab III Bahasa dan Sastra PDF

Bab III Bahasa dan Sastra PDF

Berikut ini adalah bab ketiga dari Buku Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai buku sumber pembelajaran bagi guru muatan lokal (mulok) BMR yang disusun oleh tim ahli dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) tahun 2018. Bab ini secara tuntas membahas tentang Bahasa dan Sastra.

Tepak emas di dulang suasa
Tekat seraga sri perkasa
Hendak mengenal orang berbangsa
Lihat kepada budi dan bahasa
Tekat seraga sri perkasa
Merak mengigal ragam pusaka
Lihat kepada budi dan bahasa
Rusak bahasa cederalah bangsa

Kesantunan, dari kata santun bermakna kepribadian yang halus dan baik, baik budi bahasanya maupun tingkah lakunya. Dapat juga orang yang sabar dan tenang atau sopan. Orang tersebut penuh rasa belas kasihan dan suka menolong. Kesantunan disebut juga dengan adab, yakni sebutan tingkah laku serta tutur kata yang halus atau sopan, budi bahasa, atau budi pekerti.

Santun atau adab bagi Orang Melayu merupakan pertaruhan dan mahkota dalam pergaulan sosial. Raja Ali Haji (1809-1873), pujangga Melayu yang amat masyhur itu, di dalam "Muqaddimah" bukunya yang berjudul Bustan al-Katibin (Taman Para Penulis; 1267H/ 1850M), menulis: “.... adab dan sopan itu daripada tutur kata juga asalnya, kemudian baharulah pada kelakuan” (Hashim bin Musa, 2005:5). “Tutur kata” adalah inti dari kegiatan yang disebut “bahasa”. Menurut Raja Ali Haji, untuk disebut beradab dan sopan itu, orang perlu mengetahui: ‘ilmu wa al-kalam (pengetahuan dan bahasa/percakapan).

Pemerolehan pengetahuan dan bahasa yang beradab itu menyaratkan:
1. al-himmat = kuat kehendak
2. al-mudarasah = mengulang-ulang
3. al-muhafazat = menghafal
4. al-muzakarah = berbincang untuk mengingat-ingat
5. al-mutala’ah = menelaah, meneliti kembali

Kesantunan berbahasa itu dengan demikian adalah kegiatan yang mengarus dari otak, dipertimbangkan dengan hati, diucapkan dengan lidah. Dari simpulan itulah dalam adat dan budaya Melayu, bahasa memiliki fungsi yang utuh sebagai berikut:
  1. Sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan, menerima pesan, atau pernyataan pikiran dan perasaan;
  2. Sebagai penanda jati diri untuk menunjukkan siapa dan dari mana orang tersebut, dan
  3. Sebagai cermin budi yaitu memantulkan gambaran pribadi seseorang sebagai makhluk sosial.

Dari bagaimana bahasanya, orang dapat menentukan di mana posisi penutur bahasa tersebut dalam ranah etika. Kaitan erat bahasa dengan etika (dalam adat dan budaya Melayu) menyebabkan berbahasa menyatu dengan persoalan harkat, martabat, dan marwah seseorang di tengah-tengah kelompok/kaum/ bangsanya. Tenas Effendy, budayawan terkemuka dunia Melayu kontemporer, antara lain menulis kait-kelindan budaya Melayu dengan kesantunan, sbb:
berbuah kayu rindang daunnya
bertuah Melayu terbilang santunnya
elok kayu karena daunnya
elok Melayu karena santunnya
(Tenas Effendy: Kesantunan Melayu, 2010:1)




Bila ingin mengunduh Bab Ketiga Buku Pegangan Guru Mulok BMR Versi PDF, silahkan klik tombol di bawah ini:

Unduh Bab 03 PDF



Bila ingin memiliki Buku Pegangan Guru Mulok BMR versi cetak, silahkan pesan melalui klik tombol di bawah ini:

Pesan Buku Cetak



Silahkan buka dan unduh bab lainnya di bawah ini:

***

Posting Komentar

0 Komentar