Bab II Alam dan Kearifan Ekologis Melayu PDF

Bab II Alam dan Kearifan Ekologis Melayu PDF

Berikut ini adalah bab kedua dari Buku Pendidikan Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai buku sumber pembelajaran bagi guru muatan lokal (mulok) BMR yang disusun oleh tim ahli dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAM Riau) tahun 2018. Bab ini secara tuntas membahas tentang Alam dan Kearifan Ekologis Melayu.

Berbicara alam Melayu, kita seperti berada dalam surga kebudayaan. Orang Melayu menjadikan segala sesuatu yang berada dekat dengan kehidupannya sebagai marwah yang telah terpahat dalam diri. Menjaga keseimbangan, menciptakan ikatan, juga bahkan menjalin hubungan yang harmonis dengan alam sekitar dan menjadi contoh satu di antara beberapa yang dekat dengan kehidupannya. “Alam terkembang jadi guru” adalah ingatan ekspresi-ekspresi verbal maupun visual, yang merujuk ke alam, merepresentasikan hubungan harmonis manusia dan komunitas dengan lingkungannya.

Hal itu tergambar dalam berbagai aktivitas keekonomian orang/masyarakat, misalnya dalam membuka ladang. Orang Melayu membuka hutan untuk berladang dilakukan dengan tahap-tahap yang cukup panjang. Diawali dengan menebas semak-semak, menebang pohon-pohonnya, menutuh, melandang, membakar, memerun, membersihkan, dan meratakan tanahnya merupakan bagian dari proses membuka ladang. Setelah tahap-tahap tersebut dilalui barulah dapat menanam padi.

Lain pula dalam adab melukah ikan. Orang Melayu menggunakan jaring yang berlobang cukup besar supaya hanya ikan yang berukuran besar saja yang terperangkap. Ikan yang masih kecil dapat lepas dan tumbuh hingga dewasa.

Perburuan yang dilakukan orang Melayu tidaklah selalu dilakukan. Pada waktu-waktu tertentu seperti keperluan mendesak, perhelatan negeri, dan pada masa-masa yang berjarak cukup lama berburu baru boleh dilakukan. Begitu pula dalam kegiatan merambah, orang Melayu melakukan pekerjaan ini hanya sekali dalam setahun.


Konsep Kearifan Orang Melayu

Secara etimologi kearifan bermakna bijaksana, cerdik dan pandai dalam melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan serta didasari oleh keilmuan. Kearifan orang Melayu terbentuk kecerdasan dan empirik melalui dialogis dengan alam dan gagasan-gagasan yang berkembang kemudian. Bagaimanapun, agama Islam telah menjadi arus utama penepis dari pengetahuan empirik dan dialog-dialog tersebut. Islam sebagai rujukan dituangkan dalam adat orang Melayu. Maka, orang Melayu mengatur segala kearifan berkenaan dengan hal itu. Kearifan orang Melayu wujud dalam aturan yang berpantang apabila melanggar syarak dan mengerjakan jika dituntut wajib dalam al-Qur’an dan disunahkan dalam al-Hadist.

Berkenaan dengan pantang-larang, dalam dunia kehidupan orang Melayu, selalu dihubungkan dengan adanya ancaman–larangan karena ada ancaman. Menyangkut dengan itu, ancaman malu bagi yang melanggar pantang dikenakan bagi orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan: ”Kalau malu sudah hilang, hidupnya sama dengan binatang”. Dalam tunjuk ajar orang Melayu, sifat malu adalah cerminan moral. Malu berbuat kejahatan, malu melakukan perbuatan tercela, malu berkata kasar, malu menyombong, malu menipu, malu berkhianat, malu mendurhaka, malu menjilat, malu mengambil muka, malu merampas hak orang lain, malu memunah lingkungan, dan sebagainya.

Menghindari petaka adalah cara orang Melayu untuk menjaga pantang. Ketika melanggar pantang larang, orang Melayu percaya akan ditimpa petaka. Dalam merusak hutan misalnya, banyak petaka yang akan timbul akibat perbuatan tersebut. Maka, orang Melayu berpantang dalam merusak alam lingkungannya.





Bila ingin mengunduh Bab Kedua Buku Pegangan Guru Mulok BMR Versi PDF, silahkan klik tombol di bawah ini:

Unduh Bab 02 PDF



Bila ingin memiliki Buku Pegangan Guru Mulok BMR versi cetak, silahkan pesan melalui klik tombol di bawah ini:

Pesan Buku Cetak





Silahkan buka dan unduh bab lainnya di bawah ini:

***

Posting Komentar

0 Komentar