Gurindam Dua Belas Tulisan Arab Melayu

Gurindam Dua Belas Tulisan Arab Melayu

Konon dikatakan bahwa gurindam berasal dari bahasa Tamil “Kerindam” yang berarti “Umpama”. Ada pula yang menyebutkan gurindam itu berasal dari bahasa Parsi “Gerin-dam” yang berarti “Sama ujung”. Bahkan ada yang menyebut bahwa gurindam adalah puisi yang ditulis oleh Raja Ali Haji (saja?). Kesemua pengertian itu sudah jelas pakai ilmu cocokologi dan/atau pemaksaanologi; alias pencocokan makna dan pemaksaan faham terhadap sesuatu hal walaupun tak ada kaitan.

Pada hakikatnya gurindam hanya ada dan berkembang di wilayah Melayu saja. Dia merupakan puisi lama yang hingga sekarang masih ada terpelihara dan berkembang di kampung-kampung yang dijalin ke dalam cerita rakyat, seperti:

  • Bujang Tan Domang,
  • Bujang si Undang,
  • Sutan Peminggir, dan
  • Bujang Tan Gemo.

Haji Tenas Effendy, telah mengumpulkan banyak gurindam dari lisan para tetua di kampung dan pedalaman Riau. Beberapa dari karya gurindam itu beliau kumpulkan di dalam kitab Tunjuk Ajar Melayu, antara lain:

Apabila hidup hendak terpuji
Tuntutlah ilmu sepenuh hati

Apabila hidup hendak selamat
Tuntutlah ilmu dunia akhirat

Apabila hidup hendak berjaya
Tuntutlah ilmu sehabis daya

Apabila hidup hendak senonoh
Tuntutlah ilmu dekat dan jauh

Apabila hidup tidak berilmu
Duduk bingung tegak termangu

Bertuahlah kita karena Raja Ali Haji dengan handalnya menulis kitab “Gurindam Duabelas” yang masih terkenal hingga sekarang. Beliau menyatakan: "Adapun arti gurindam itu yaitu perkataan yang bersajak juga akhir pasangannya tetapi sempurna perkataannya dengan satu pasangannya. Jadilah seperti sajak yang pertama itu syarat dan syair sajak yang kedua itu jadi seperti jawab". Pernyataan itu tertera dalam pembukaan Gurindam Dua Belas berikut ini:





Bila ingin mengunduh Gurindam Dua Belas Versi PDF dengan Tulisan Arab Melayu (Huruf Jawi), silahkan klik tombol di bawah ini:





Gurindam lazimnya dituturkan dalam upacara adat, terutama di kalangan orang tua atau para pemangku dan pemuka adat. Sedangkan generasi mudanya seperti tiada minat dan semakin jauh dari tradisi itu.  Upaya untuk mengekalkan Gurindam ini perlu kita tingkatkan. Jika gurindam hilang, maknanya kita akan kehilangan satu khazanah budaya yang sarat dengan falsafah hidup yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.


Posting Komentar

0 Komentar